• Perbankan Syriah
  • Visitai Perbankan Syariah
  • Academy Writing Perbankan Syariah

Seminar Nasional dengan tema “Potensi Finansial Teknologi dalam Meningkatkan Peran Lembaga Keuangan Syariah" diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PBS IAIN Pekalongan

15 Januari 2018

Pekalongan – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Potensi Finansial Teknologi dalam Meningkatkan Peran Lembaga Keuangan Syariah” di Hotel Pessona Pekalongan, Sabtu (25/11) kemarin. Kegiatan ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan dari dalam maupun dari luar kampus IAIN Pekalongan.

Ketua Pelaksana Kegiatan Alfi Rosyada menjelaskan bahwa tujuan di selenggarakannya acaratersebut untuk memberikan wawasan mengenai finansial teknologi dalam keuangan syariah, menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing dalam meningkatkan keuangan syariah melalui finansial teknologi, serta menyadarkan pentingnya peran aktif mahasiswa dalam mengenalkan lembaga keuangan syariah.

Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan teknologi informasi di bidang keuangan. Kata FinTech sendiri berasal dari kata financial dan teknology yang mengacu pada inovasi fnansial dengan sentuhan teknologi modern. Konsep FinTech yang mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan bidang finansial diharapkan bisa menghadirkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis, aman serta modern,” Jelas Alfi.

Seminar nasional tersebut dibuka secara langsung oleh Ketua Jurusan Perbankan Syariah IAIN Pekalogan H. Tamamudin, S.E. MM., beliau mengatakan bahwa Trend digitalisasi ekonomi sudah tidak lagi bisa dihindari, ketika sebuah industri tidak bisa menyesuaikan diri dengan trend digitalisasi maka industry tersebut akan ketinggalan dan kalah. Hal tersebut kata Tamamudin merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat ekonomi syariah.

hal ini merupakan sebuah tantangan bagi IAIN, bagi fakultas ekonomi dan bisnis islam artinya bukan hanya perbankan saja tetapi juga jurusan jurusan yang lainnya dibawah FEBI, agar bisa mencetak lulusan lulusan yang berdaya saing dan “melek Teknologi” kata Bapak Tamamudin dalam sambutannya.

Kegiatan seminar sehari ini juga mendatangkan narasumber dari praktisi lembaga keuanganyakni Dr. Ahmad Subagyo, SE. MM., selaku KetuaIndonesian Micro Finance Expert Association(IMFEA) Pusat dengan didampingi Ibu Rinda Asytuti M. Si dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pekalongan dan dimoderatori oleh Ibu Luthfiati Hasina M. Si, selaku Dosen IAIN Pekalongan.

“IMFEA dibentuk untuk mewadahi secara formal stakeholder agar bersatu padu dalam menggerakkan keuangan mikro di Indonesia. Diharapkan dalam perkumpulan para “ahli” ini sebagai bentuk kontribusi nyata atas berbagai permasalahan kesenjangan, ketimpangan, kemiskinan dan ketidakasilan akses keuangan bagi seluruh warga negara Indonesia,” harap Bapak Isro’I Emqa tersebut.

Hal senada juga diungkapkan Rinda Asytuti selaku pemateri pertama dalam seminar tersebut. Ia menyatakan bahwa pemanfaatan kemajuan teknologi memang sangat penting, namun yang tak kalah penting adalah upaya menggerakkan roda perekonomian masyarakat sehingga kehadiran lembaga keuangan benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat.

“besarnya bank dan sebagainya kalau ekonomi sekitarnya tidak jalan tetap banknya sepi. kita tidak hanya sebagai sumber daya yang bekerja saja, berorientasi pada pekerjaan hanya sebagai pegawai namun juga harus punya enterpreunership yang mampu menggerakkan perekonomian di sekitarnya. karena IAIN adalah lembaga institusi yang mengedepankan enterpreneurial university,”kata Ibu Rinda.

Bapak Dr. Subagyo sebagai pemateri juga menyampaikan bahwa industry jasa keuangan saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan. Baik dari inklusi keuangan rendah, distribusi layanan keuangan yang belum merata ke 17.000 pulau di Indonesia. Selain itu layanan keuangan di Indonesia juga belum fleksibel.

“Tantangan Industri Jasa Keuangan yang sekarang terjadi saat ini yaitu karena Inklusi keuangan yang rendah, distribusi layanan keuangan belum merata (17.000 pulau), literasi keuangan rendah dan layanan keuangan yang belum fleksibel,” jelasnya.

Selain itu ia juga berpesan kepada seluruh mahasiswa yang hadir dalam seminar tersebut agar mereka tidak takut kehilangan pekerjaan di masa depan. Yang terpenting harus mempunyai kemauan di dukung peningkatan akhlak yang mulia.

“jangan takut kehilangan pekerjaan di masa depan. Yakin bahwa setiap manusia pasti akan diberi pekerjaan asalkan ada kemauan.Akhlak juga menjadi dasar diterimannya seseorang di suatu pekerjaan termasuk Fintech. Setiap orang pasti memiliki kontribusi,” pesan Bapak Subagyo kepada mahasiswa.

 

Artikel

Has no content to show!

Galeri Video

No data displayed on the module. Please check some parameters in the module settings again!
We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree